Kamis, 04 Juli 2013

Hujan Malam Itu

                    Aku sosok candu yang berusaha dan terus berusaha agar bisa kau rindukan meski lewat sendu. Aku selalu memposisikan diriku sebagai sesuatu yang paling kau cari-cari. Aku selalu menghilang, dengan harapan kau terus berusaha untuk mengejar lalu menemukanku, kembali. 
                Dulu ketika rasa cinta dan sayangmu mungkin lebih besar dari pada rasaku terhadapmu, aku begitu sering menghilang, aku begitu sering mencari perhatian darimu, aku begitu sering menyakitimu dengan setiap laku angkuh ku yang selalu acuh terhadapmu, dulu.
                Tapi aku cinta, aku tidak bohong. Waktu itu aku benar-benar mencintaimu. Kau yang terlalu menyayangiku mungkin kini telah sampai di titik kejenuhanmu untuk mencintaiku. Kini setiap aku marah, kau acuh. Aku menangis merindumu, kau tak perduli. Bahkan saat aku benar-benar menghilang ini yang aku takutkan........ kau tak pernah lagi mencari sosokku.
                Dulu kau pernah berkata, “aku ada kau ada! Jika aku ada sementara kau tidak ada berarti itu bukan aku, itu hanya orang lain yang berusaha menyerupaiku. Mana bisa aku hidup tanpamu?” rayumu. Kata-katamu itu yang semakin menguatkan dan tetap mengaitkan tekatku untuk tetap bersamamu selamanya, harapku.
                Hingga detik ini apa aku benar-benar hilang dari kehidupanmu? Hingga detik ini apa aku benar-benar tak lagi menjadi candu rindu dalam sendumu? Hingga detik ini apa aku benar-benar terlihat tidak nyata lagi di duniamu? Jadi sekarang orang yang kau sebut ada jika tanpa aku adalah benar dirimu? Katamu itu hanya orang yang berusaha menyerupai dirimu? Katamu kau tidak bisa hidup tanpaku? Katamu………  
                Awalnya aku menerima kepergianmu. Aku pernah berfikir setiap kepergian akan ada kepulangan, tapi aku tak pernah berfikir itu terjadi padamu. Aku bertahan dengan sisa-sisa semangat hidupku yang lupa kau hancurkan bersama hatiku, aku bertahan dengan tekat-tekat yang terikat kuat dan lekat di tubuhku, aku bertahan dengan sisa-sisa senyuman. Aku senyum tanpa menggumam, aku mencoba melangkah dengan semua sisa-sisa cinta yang lupa kau lenyapkan. Aku bahkan berharap kau mengingatku sebagai Sesuatu yang lupa kau lupakan. Yah, aku melangkah.
                Namun, hujan malam itu membuatku sedikit dingin. Aku terlalu dingin sehingga aku membutuhkan sesuatu untuk menghangatkan tubuhku, yah dan aku memilih menangis. Aku rindu melewati hujan bersamamu, aku rindu menantangmu mengitung rintik hujan yang jatuh dan ciumanku adalah sebagai hadiahmu. Aku rindu kau putarkan lagu Linkin Park soundtrack Film Trasformers yang berjudul Iridescent waktu itu. Aku rindu hangat tubuhmu yang membungkus erat tubuhku dari belakang. Aku rindu dan akan selalu rindu.
                Terimakasih telah mengajarkanku cara merindu, membuatku menjadi pejuang rindu, membuatku seolah menjadi perindu yang paling handal dari pejuang rindu yang lain. Semoga kau mengingatku sebagai seseorang yang selalu merindukanmu, semoga kita dipertemukan lagi, tepatnya dalam keadaan yang lebih baik lagi. Terimakasih untukmu yang masih dan selalu kurindukan :’)


-RWR-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar