Kita dekat, dulunya. Kita Jauh, kini. Ketika kita merasa “dekat”
dengan seseorang lalu kemudian kita “berjauhan” dengan seseorang itu yang kita
rasakan adalah “hilang” . Yah karna
dekat sudah pasti tidak jauh, tapi jauh belum tentu tidak dekat. Mengerti
maksud saya? Ketika kalian dekat dengan seseorang tentu kalian tidak merasakan
kejauhan kan? right? nah ini, ini bedanya dekat dan jauh. Kalo kita jauh,
kadang kala pun kita masih merasa dekat dengan seseorang tersebut. Masih ingat
dengan Syair “Jauh dimata dekat dihati”? itu menandakan bahwa jauh tidak
selamanya tidak dekat, bagi orang-orang tertentu.
Dekat
itu pekat yang lekat dan terikat. Seseorang itu dekat seperti mengikat pada
kita, seseorang itu dekat seperti tekat yang lekat di diri kita. Namun jika
sesuatu yang tadinya dekat kemudian menjauh dari kita yang ada hanyalah rasa
hilang, merasa kehilangan dari seseorang yang mungkin mencoba untuk menghilang.
Hingga akhirnya timbul rasa di mana kita merasa ingin mengulang sesuatu yang
telah hilang itu. Mengulang sesuatu yang menghilang? apa mungkin? Sepertinya
memang tidak mungkin. Orang itu sebenarnya tidak menghilang, dia hanya merasa
asing pada diri kita, ya seharusnya memang cara terbaik adalah mengintrospeksi
diri masing-masing. Lalu kenapa jika orang itu hilang tanpa alasan? Kenapa
jauh harus ada ketika dekat terlihat lebih membahagiakan? Kenapa kemuadian setelah jauh rasa hilang seolah datang sebagai pelengkap? Kenapa setelah rasa
hilang menghampiri dan kemudian rasa ingin mengulang pun bergejolak. Dekat –
Jauh – Hilang – Ulang? Haruskah dengan alur cerita seperti itu? kenapa tuhan
tidak menciptakan takdir lain? seperti mengikhlaskan Sesutu yang sudah hilang
mungkin? Iya, itu ada. Tuhan menciptakannya, hanya saja kita yang terlambat
untuk melaksanakan takdir itu. Mungkin kita masih terjebak dengan prinsip bahwa
sesuatu yang hilang ingin kita ulang bahkan berharap untuk pulang kembali, tapi
itu semua tidak mungkin terjadi. Bagaimana mungkin sesuatu yang hilang bisa
pulang dan terulang?
Sebelum
kalian merasakan apa yang sebenarnya sudah terjadi pada diri saya, mulailah
berbenah diri. Cobalah untuk tidak terlalu lekat dengan kedekatan, biasakanlah
akrab dengan kejauhan, rasakanlah betapa indahnya dua kondisi yang telah
diciptakan Tuhan tersebut. Iya, Dekat dan Jauh, 2 kondisi yang Tuhan ciptakan,
melengkapi dan di lengkapi. Ketahuilah, sesungguhnya rasa sakit yang kita
rasakan itu datang dari diri kita sendiri, itu adalah stimulus yang meluruskan
rasa sakit hati itu kemudian datang menghantui, membayangi, bahkan membunuh
siapa saja yang merasakannya.
-RWR-