Rabu, 14 September 2011

Ini Agamaku :)

“Apakah seseorang yang kamu cintai harus memeluk agama yang sama ?”

Iya pertanyaan ini yang kerap kali mampir di otakku saat aku melihat ada orang yang saling mencintai namun mereka memiliki keyakinan yang berbeda ....
Aku duduk terdiam di depan tempat ibadah itu. Tempat ibadah yang mungkin tidak akan pernah ku masuki seumur hidupku. Tempat ibadah yang selamanya tak akan kubiarkan kakiku menginjak dan merasakan lantai dingin yang mungkin sedikit memberi kesejukan itu. MESJID  . aku menunggunya dengan sabar, menunggu kekasihku selesai beribadah. Terlintas pemikiran nakal kala itu, “Bagaiamana mungkin aku bisa mencintai seseorang yang tempat ibadahnya tak sama denganku?”

Tiga menit kemudian, beberapa orang telah meninggalkan tempat ibadah itu. Aku menyibukkan kepalaku dengan menggerak-gerakannya, selingak-celinguk kanan kiri mencari sosoknya. Lalu beberapa detik kemudian seorang pria berlari-lari kecil ke arahku, kekasihku, Fachri 

“Sayang nunggunya lama ya ?”
Dengan nafas terengah-engah fachri menyapaku.

“Enggak kok, tenang aja. Dimuka kamu masih ada air wudhu yah ? aku punya tissue, mau dilap dulu nggak ? ungakpaku sambil memeriksa isi tasku.

“Boleh deh.” Jawabnya singkat sambil memerhatikan wajahku dengan saksama, aku terheran.

“Kenapa ngeliatin aku terus sih?” tanyaku sinis memelototi matanya.

“kamu cantik, knapa nggak pake jilbab aja ?” Gurau Fachri dengan tawa khasnya ..
“Emangnya kalau aku pakai jilbab malah tambah cantik yah ?” tanyaku balik sambil mengacak-acak rambutnya .
“For sure, Yes!”
“cantik itu dari hati kok sayang, bukan dari jilbab ” ujarku pelan sembari menarik tangannya agar melanjutkan perjalanan kita dengan berjalan kaki.
“iya sayang ... tapi ...”
“lagian juga yang harus dijilbabkan bukan Cuma fisik tapi juga hati” kataku memomotng pembicaraannya.
“kok jadi dibawa serius sih?” Fachri menahan langkahnya menarik tanganku agar memberhentikan langkahku.

“siapa yang bawa serius ? aku Cuma nggak suka aja, kalau kamu nggak bisa terima aku yang nggak pak jilbab yaudah . Kalau kamu tidak bisa menerima agamaku, maka kamu nggak bisa mencintai aku kan?” pembicaraan menjadi panas, aku berjalan meninggalkannya. Seperti biasa, dia tak pernah mengejarku, dia tak pernah menahanku untuk tetap tinggal.

Ibu menunggu di depan rumah. Wajahnya temaram kelam layaknya menunggu seseorang . aku menghampiri beliau dengan langkah terburu-buru.

“mama, kok diluar?” aku menghamppiri mama sambil mengajak beliau memasuki rumah.

“pulang sama siapa?” tanya mamaku singkat.

“saama Fachri, mah” jawabku juga dengan pernytaan yang singkat.
“kamu masih sama dia, Nak ?”
“Iya, Ma”
“Nggak inget nasehat mamah ?!”
“inget mah ..”
“yang pertama ?”

“Gelap tak mungkin bersatu dengan terang”
“yang kedua?”

Aku terdiam sejenak, menatap ibuku memegang bahuku. Dengan paksa aku melepaskan tangannya, sambil bangkit berdiri berkata “Semua agama itu sama,Ma! Hanya cara menyembehNya saja yang berbeda!!” bentakku, mamah terdiam!

Dengan kesal aku membanting pintu kamar. Aku benci dijejeri pertanyaan sampah seperti itu. Apa salahnya jika aku menjalin hubungan lebih dari seorang teman dengan seseorang yang tidak seagama denganku? Inilah Indonesia, perbedaan harus dianggap sebagai sesuatu yang tak akan pernah bisa disatukan!

Seusai ibadah aku iseng melihat ke celah-celah pintu gereja, ada seorang pria yang sepertinya tengah menunggu seseorang, ia duduk diatas sepeda motornya. Setiap beberapa detik ia selalu melihat ke arah gereja seakan-akan matanya menusuri setiap cela-cela kecil gereja itu, “Seperi Fachri” ucapku dalam hati ......
Sekitar pukul 14.00 siang, dengan langkah santai aku meninggalkan tempat ibadahku, gereja! Ternyata benar benar dugaanku, pria yang sejak tadi berdiri depan gereja adalah Fachri . aku lalu mempercepat langkahku, tapi Fachri tetap menghampiriku.

“Maria, maaf yaa kemarin”
Dengan wajah tersipu malu Fachri menghampiriku.
“aku selalu memaafkanmu, bahkan sebelum kau meminta maaf.” Aku menghentikan langkahku, menatap matanya dan tersenyum sendu saat melihat wajahnya. “Tapi, hubungan kita cukup sampai disini ”
Seakan-akan ribuan pedang menghujami Fachri, matanya berlinang air matanya benar-benar mengalir dia menatapku dengan serius .. “kamu serius ?”
“Ya!” jawabku singkat sambil mengarahkan pandanganku ke arah lain. Matanya berair, aku tak pernah suka pemandangan itu. Cowok kok sukanya nangis?
“sesingkat ini pertemeuan kita ?”
“sesingkat? Hubungan kita sudah satu tahun! Dan mau tau hal yang selalu kutahan ? Kamu selalu meperlakukan ku seperti teman mu bukan kekasihmu! Kamu tidak pernah berusaha menjaga perasaanku. Kamu tidak pernah berusaha mentolerir agamaku, maka kamu tidak akan pernah bisa menerima cintaku. Jelasku panjang lebar membiarkannya teriris . 
“ternyata dugaanku benar! kita memang tak akan pernah bisa satu ! iya aku dengan agamaku, dan kamu dengan agamamu! Aku dengan tuhanku, dan kamu dengan tuhanmu! Aku dengan hidupku dan kamu dengan hidupmu! Tapi 1 yang harus slalu kau tau, AKU AKAN SELALU MENCINTAIMU, MARIA ” kata Fachri sambil menggenggam tangan Maria erat dan serasa tak ingin melepaskannya ...
“bisakah aku memeluk mu untuk yang terakhir kalinya ?” kata fachri memohon ... 
“iya, silahkan! ” singkat Maria.
Fachri lalu memelukku, jantungku serasa tak akan bisa berdenyut lagi setelah mendengar detak jantungnya yang begitu cepat, setelah merasakan hangat dekapannya yang sama sekali takkan bisa kurasakan di pelukan lelaki lain, sekalipun dia seagama denganku!
Aku kira aku bisa kuat, aku bisa tegar, aku bisa menjalani semuanya, tapi ? air mataku berlinang di pelukannya saat itu ....

` *** 5 tahun kemudian ***

Setelah 5 tahun berpisah dengan Fachri, aku benar-benar tak pernah berhubungan dengan laki-laki lain . aku tak mendapatkan sosok nya dilaki-laki lain, tidak jarang orang tua ku mnjodohkan aku dengan laki-laki lain , yah tentunya seagama denganku, tapi ............. MEREKA memang bukan Fachri ku 
Aku tersadar dalam tidurku, aku mebayangkan diriku mengenakan mukena , aku tampak cantik, wajahku tampak bersinar.... 
Ah! Tidak! Aku terbangun dan sadar dari mimpiku, aku tidak mungkin melakukannya, ini tidak mungkin!
Tapi langkah ku mengarah pada toko jilbab dan busana muslim di dekat rumahku, aku membeli beberapa .
Aku mencoba nya, aku mencoba memakainya dirumah, di depan mamah dan papahku, merek lalu memelukku dan berkata “ikutilah apa yang menuutmu benar, Nak , kami hanya bisa mendukungmu ”
Dengan mata berkaca-kaca aku berlari memeluk mereka dan berkata “terimakasih mah, pah, aku sayang kalian ”
Sejak saat itulah aku bertekat, aku niatkan tulus dari dalam hatiku, aku akan masuk dalam agama yang betul-betul bisa menyejukkan hatiku, ISLAM  .....

Di mesjid itulah, aku sujud dan menyembah hanya pada tuhanku! Aku mengakui kekhilafanku selama ini kepadanya, aku mengakui kebodohanku selama ini tak mempercayai ajarannya, aku berlutut, menyembah, memohon ampun, sembari ku ucapkan do’a “ya ALLAH, petemukan aku dengan jodoh yang telah kau siapkan untukku, pertemukan aku dengan dia sosok laki-laki yang bisa mengayomiku, menerimaku apa adanya, dan menyayangiku lahir dan batin, serta menyayangi agamaku. AMIN ”
Saat aku selesai berdo’a, tiba-tiba ada sosok laki-laki yang tak asing suaranya memanggilku ....
“Mariaaaa ... “ teriaknya .
Aku membalikkan tubuhku dan menengok kebelakang, iyaa ternyata dia, Fachri ku, dia kembali, dia datang .
Aku menghampirinya lengkap dengan busana muslim dan sejadah yang ku pegang dan ada tasbih di jemariku sembari berkata padanya “Assalamualaikum Fachri ”
Dan Fachri dengan canngugnya berkata “Subhanallah, Waalaikumsalam Maria .... ”

*Cerita ini saya kutip dari blog Dwitasari tapi nama saya ganti dan ceritanya sedikit saya tambah :)*