Rabu, 31 Juli 2013

Di Persimpangan itu Kita Bersampingan

Jejak langkah kita
Jarak yang langka
Sajak yang ada
Semua sejak kau ada

Di jalan itu kita melangkah
Di jalan itu kita berpegangan
Di jalan itu kita tertawa
Di jalan itu pula kita terpisah

Kita tak lagi selangkah
Kau mungkin melangkah, aku tidak.
Kau melangkah angkuh
Aku tetap menatap langkahmu

Di persimpangan jalan tempat kita berdiri bersampingan,
Kau melangkah satu langkah
Aku diam, sebagai satu langkah di belakangmu
Yah, dan kau meneruskan beribu langkah di depanku. 




-RWR-

Minggu, 28 Juli 2013

Lebih Dari Manis

        Rutinitas ku sehari-hari selain merindukanmu adalah memikirkanmu. Selain itu tak ada lagi, dulu. Tak ada satu hari-pun yang ku lewati tanpa merindu dan memikirkanmu, dulu. Bahkan sesaat setelah bertemu-pun aku masih merindu dan kemudian disusul oleh pikiran tentangmu, dulu. Lagi-lagi dulu………

         Tapi kini, rutinitas ku agak sedikit berubah. Dulu, aku tidak melakukan apa-apa ketika merindukanmu. Aku hanya bisa diam terpasung sambil menatap fotomu yang terpasang di dompetku. Dulu fotomu memang ada di dalam dompetku layaknya pasangan-pasangan lain yang memasang foto kekasihnya di dompet mereka masing-masing, yah bisa di bilang “one of the prove” lah kalo dia benar-benar “One and Only”. Lagi-lagi dulu …………

         Sekarang aku sendiri. Apakah itu berarti tempat penyimpanan foto di dompet ku kosong? Oh no no no! Ada kok! Bukan foto sih, tapi ada lah isinya. Bunga mawar usang yang seseorang pernah kasih ke aku 4 tahun lalu. Dulu ngasihnya ga secara langsung sih, tapi yang pasti that’s really really for me. Jadi Mawar itu aku ambil, simpan, hingga sekarang. Lagi-lagi dulu ………..
     Rutinitas ku sekarang di saat benar-benar tidak ada yang bisa kulakukan saat merindukan dan memikirkanmu adalah……………………………………………………………………………………………………………………………………………………… Kopi dan Cokelat.

         Aku tidak tahu kenapa harus “Kopi” dan “Cokelat” ? Kenapa bukan Jus Alpukat, minuman yang selalu dan selalu aku pesan untuk menemani makanku tiap makan di luar. Tapi ini benar, sepertinya memang benar-benar Cuma “Kopi” dan “Cokelat” ini yang mengerti aku lebih dari apapun. Mereka lebih dari manis!


           Aku merasa tiap aku meminum Kopi dan menyantap Cokelat rasanya itu seperti jawaban dari segala risauku. Ini seperti kau mendengar isak teriakku yang merindu tanpa dirindu. Tapi mereka benar-benar lebih dari manis! Mereka lebih dari jawaban yang aku tunggu-tunggu. Mereka lebih darimu, dan mereka yang memerdekakanku sejak kau beranjak. 


-RWR-

Jumat, 19 Juli 2013

Tanaman dan Cinta ♥

        Tanaman yang ku rawat tidak seperti dulu lagi. Wujudnya berubah, kini sedikit mulai tumbuh tanaman lain. Jenisnya beda, warna nya tetap sama. Tanamanku menengering, tanaman disebelahnya tumbuh seperti tanamanku sebelumnya. Tanaman yang ku rawat dari dulu kini berubah, maksudku tanaman yang kita rawat. 
Aku begitu iri dengan tanaman yang juga tumbuh disebelah tanaman kita. Mengapa tumbuhnya begitu subur? Siapa penanamnya? 
Keesokan harinya aku kembali memerhatikan tanamanku, kembali merawatnya,. Aku tidak hanya bertemu dengan tanamanku, aku juga bertemu dengan penanam tanaman disebelah tanamanku. Yah ternyata itu kau, kau yang menanam tanaman subur itu, bersama gadis lain. Pantas saja pertanyaanku tempoh hari soal tanaman kita yang sudah layu seperti ini tidak kau hiraukan lagi, begitu kutanya tentang penanam tanaman disebelah tanaman kita kau diam membisu. 
Tanaman yang ku maksud adalah cinta kita. Pantas saja cinta kita layu, ternyata kau telah menumbuh kembangkan cinta yang lain di hati yang lain. 

-RWR-


Kamis, 04 Juli 2013

Masih Seperti Pagi Yang Dulu

     
          Pagi ini secangkir teh hangat menemaniku, menemaniku memanjakan akun twitter ku, yah dan juga menemaniku memikirkanmu. Aku ingin seperti secangkir teh itu yang bisa menemani siapa saja, tapi sayang aku hanya bisa sebagai yang ditemani, bukan yang menemani.
        Pagi ini masih seperti pagi yang dulu, tidak ada senyum pasangan yang merindu pasangan sepertiku, tidak ada tawa ria pasanganku, tidak ada kecupan manis di pagi hari sebagai tanda ku awali hariku, tidak ada kata “I love you,beb”, dan tidak ada kamu, pastinya.
        Pagi ini masih seperti pagi yang dulu, aku tetap bangun dengan seluruh keindahan yang Tuhan berikan setiap pagi tiba. Pagi itu sesuatu yang ingin aku tagih, aku ingin pagi lagi, aku tidak ingin pagi pergi, sebab saat pagi aku terbangun,  sisa-sisa mimpi tentang hangat pelukmu masih terasa dalam memory. Ah lagi-lagi itu sesuatu yang lupa aku lupakan.
        Pagi ini masih seperti pagi yang dulu, aku duduk dengan segelas teh di tangan kiriku dan Blackberry di tangan kananku. Tiap aku seduh teh, sedihku hilang, seperti baru saja aku sudahi.

       Pagi ini masih seperti pagi yang dulu, aku mendoakanmu kepada-Nya, itu caraku memelukmu dengan erat dari jauh. Selamat pagi :)

-RWR-

Hujan Malam Itu

                    Aku sosok candu yang berusaha dan terus berusaha agar bisa kau rindukan meski lewat sendu. Aku selalu memposisikan diriku sebagai sesuatu yang paling kau cari-cari. Aku selalu menghilang, dengan harapan kau terus berusaha untuk mengejar lalu menemukanku, kembali. 
                Dulu ketika rasa cinta dan sayangmu mungkin lebih besar dari pada rasaku terhadapmu, aku begitu sering menghilang, aku begitu sering mencari perhatian darimu, aku begitu sering menyakitimu dengan setiap laku angkuh ku yang selalu acuh terhadapmu, dulu.
                Tapi aku cinta, aku tidak bohong. Waktu itu aku benar-benar mencintaimu. Kau yang terlalu menyayangiku mungkin kini telah sampai di titik kejenuhanmu untuk mencintaiku. Kini setiap aku marah, kau acuh. Aku menangis merindumu, kau tak perduli. Bahkan saat aku benar-benar menghilang ini yang aku takutkan........ kau tak pernah lagi mencari sosokku.
                Dulu kau pernah berkata, “aku ada kau ada! Jika aku ada sementara kau tidak ada berarti itu bukan aku, itu hanya orang lain yang berusaha menyerupaiku. Mana bisa aku hidup tanpamu?” rayumu. Kata-katamu itu yang semakin menguatkan dan tetap mengaitkan tekatku untuk tetap bersamamu selamanya, harapku.
                Hingga detik ini apa aku benar-benar hilang dari kehidupanmu? Hingga detik ini apa aku benar-benar tak lagi menjadi candu rindu dalam sendumu? Hingga detik ini apa aku benar-benar terlihat tidak nyata lagi di duniamu? Jadi sekarang orang yang kau sebut ada jika tanpa aku adalah benar dirimu? Katamu itu hanya orang yang berusaha menyerupai dirimu? Katamu kau tidak bisa hidup tanpaku? Katamu………  
                Awalnya aku menerima kepergianmu. Aku pernah berfikir setiap kepergian akan ada kepulangan, tapi aku tak pernah berfikir itu terjadi padamu. Aku bertahan dengan sisa-sisa semangat hidupku yang lupa kau hancurkan bersama hatiku, aku bertahan dengan tekat-tekat yang terikat kuat dan lekat di tubuhku, aku bertahan dengan sisa-sisa senyuman. Aku senyum tanpa menggumam, aku mencoba melangkah dengan semua sisa-sisa cinta yang lupa kau lenyapkan. Aku bahkan berharap kau mengingatku sebagai Sesuatu yang lupa kau lupakan. Yah, aku melangkah.
                Namun, hujan malam itu membuatku sedikit dingin. Aku terlalu dingin sehingga aku membutuhkan sesuatu untuk menghangatkan tubuhku, yah dan aku memilih menangis. Aku rindu melewati hujan bersamamu, aku rindu menantangmu mengitung rintik hujan yang jatuh dan ciumanku adalah sebagai hadiahmu. Aku rindu kau putarkan lagu Linkin Park soundtrack Film Trasformers yang berjudul Iridescent waktu itu. Aku rindu hangat tubuhmu yang membungkus erat tubuhku dari belakang. Aku rindu dan akan selalu rindu.
                Terimakasih telah mengajarkanku cara merindu, membuatku menjadi pejuang rindu, membuatku seolah menjadi perindu yang paling handal dari pejuang rindu yang lain. Semoga kau mengingatku sebagai seseorang yang selalu merindukanmu, semoga kita dipertemukan lagi, tepatnya dalam keadaan yang lebih baik lagi. Terimakasih untukmu yang masih dan selalu kurindukan :’)


-RWR-


Rabu, 03 Juli 2013

Ingat Arahku, Sayang

 Cinta memberi perhatian, cinta memerhatikan, karna cinta berasal dari hati. Jangan sekali-kali mengeluarkan kata cinta ketika itu bukan dari hatimu, sekalipun itu hanya terlintas di pikiranmu! Jangan mengabaikan jika takut diabaikan. 

Aku selalu bersembunyi di belakangnya, memerhatikannya setiap saat tanpa diketahui olehnya. Aku bahkan berharap bisa tau apa yang dia mimpikan setiap malam, berharap ada aku di mimpinya. Aku memerhatikan jauh lebih dalam dari orang lain yang mengaku juga memerhatikannya. Aku memerhatikannya dengan caraku sendiri, berbeda dengan mereka yang memerhatikanmu dengan cara-cara yang sudah pernah kulakukan sebelumnya. Iya, mereka meniru caraku memerhatikanmu!

Aku tidak perduli, aku tetap berjalan di jalanku tanpa menoleh sedikit pun. Aku  pernah berkeinginan untuk berhenti memerhatikanmu. Aku letih tertatih, aku rindu candu candaku, sebab ketika aku memerhatikanmu aku kehilangan arahku sendiri. Aku terlalu asik dengan caraku memerhatikanmu tanpa memperdulikan diriku sendiri yang juga butuh perhatian dariku. Tapi aku abaikan! Aku tetap di jalanku, berjalan maju dengan laju ku menuju arahmu. 

Matamu tidak pernah menatap mataku, mata kita tak pernah saling bertemu, tapi matamu dengan mata-mata mereka yang mengikuti caraku memerhatikanmu acap kali bertemu. Aku sempat iri pada mereka yang hanya meniruku tapi mendapat perhatianmu. Aku lagi-lagi tak perduli, aku tetap memerhatikanmu. 

Saat kau lelah aku bahkan merasakan kelelahan yang kau rasakan. Saat kau tidur aku ingin sekali menjadi guling yang bisa kau peluk dikala kau benar-benar lelah, merasakan resah desah lelah nafasmu, merasakan lekat hangat lenganmu melingkar di tubuhku. Menatap wajahmu di kala kau tertidur itu akan menjadi hobby baruku kelak ketika menjadi pasangan hidupmu, harapku dalam hati. 

Saat kau marah aku takut menghadap ke arahmu, padahal aku tahu kau tidak akan pernah menyakitiku, menyentuhku dengan tangan amarahmu, aku tahu kau bukan seperti itu. Tapi tetap saja aku takut ketika amarah mengarah padamu. Aku takut amarah mu akan mengarahkanmu berbalik arah dariku, jadi sebelum kau berbalik arah, aku akan berbalik arah lebih dulu lalu mebiarkanmu berjalan ke arahku sembari memelukku dari arahmu. Iya, kau memelukku dari belakang itu hal yang paling aku sukai, dan kau tahu itu. 

Mereka yang mengaku memerhatikanmu lebih dari caraku memerhatikanmu hanya menggunakan cara-cara yang telah ku lakukan sebelumnya padamu. Aku lebih dulu mengenalmu dari mereka. Tapi aku tidak perduli, karna aku tetap memerhatikanmu, mencintaimu dengan caraku. 

Tiap kepergianmu aku selalu  merapikan kenangan kita berdua, berharap kau akan pulang dan membiarkanku tetap menabur kenangan kita lagi. Tiap kepergianmu aku selalu duduk bisu di kamarku menatap setiap sudut kamarku, dinding kamarku yang pernah menjadi saksi sandaran kita berdua dulu. Tiap kepergianmu aku selalu menatap jam dinding, menghitung setiap detik setelah kau meninggalkanku. Tiap kepergianmu aku biasanya selalu memanggil namamu, berharap kau bisa mendengar suaraku memanggilmu. Tiap kepergianmu ini yang selalu aku rasakan ketika aku tak sanggup lagi menunggumu pulang. Iya, aku lelah sayang……

Hingga saat petang datang kala itu kau pun datang kembali. Aku tersenyum melihatmu pulang, aku bahagia melihatmu kembali ke arahku, sebab tiap kepergianmu aku memang selalu beranggapan bahwa kau hilang arah, kau lupa arah jalan pulang ke rumah ramah hatiku. Ingatlah arahku sayang, aku akan selalu berdiri menunggumu pulang, menyambutmu dengan senyuman lembut lalu menitihkan air mata melihatmu berlari ke arahku lalu memelukku dengan erat :')


-RWR-